Ryoma, Samurai yang Tidak akan Menggunakan Tangan Kanannya!
22.28
Beberapa hari yang lalu Arena of Valor server Indonesia merilis karakter baru yang sudah tidak asing bagi pemain yang telah mencoba server luar, Ryoma the Ronin. Role dari Ryoma adalah Warrior/Assassin dengan keahlian Poke/Reap. Sering dipakai pada saat turnamen, karakter ini bisa dibilang wajib untuk dikuasai oleh para pemain AoV.
Bagaimanakah kehebatan dari Ryoma ini? Berikut penjelasannya!
Skill

Tiap 5 detik, attack normal Ryoma berikutnya melepaskan pedang bayangan yang memiliki jarak serang lebih jauh dan menimbulkan 198 physical damage dan mengurangi movement speed musuh sebesar 50% selama 2 detik. Musuh yang terkena hit pedang bayangan di batas luar jangkauan akan menerima tambahan damage 50% physical damage.

Ryoma lompat ke belakang seraya membentangkan Naginatanya, menimbulkan 250(+206) physical damage pada musuh sekitar. Jika Ryoma memberi damage pada hero musuh, maka cooldown pindwheel akan berkurang sebanyak 3 detik. Efek ini tidak dapat ditumpuk.

Ryoma mengeluarkan pedang arwah yang menimbulkan 330(+349) physical damage pada musuh pertama dan 50% damage pada musuh berikutnya yang ada di jalur. Musuh yang berada di ujung jalur akan terkena stun selama 0,75 detik.

Ryoma menghunuskan Naginatanya dengan beringas, melukai musuh 4 kalin. Tiap hit menimbulkan 130(+115) physical damage. Tiap hit yang mengenai hero musuh akan memberi Ryoma pemulihan 70(+57) HP. (tak ada pemulihan HP saat menyerang beberapa musuh).
Tips & Build
Ryoma memerlukan arcana yang dapat meningkatkan kekuatan dari serangan tiap skillnya. Seperti menambahkan attack damage dan armor pierce. Untuk item diatas adalah item jungle dari Ryoma. Jika sebagai DS Laner item Soulreaver dengan Spear of Longinus. Combo bagi Ryoma adalah hal yang terpenting untuk mengalahkan hero lawan. Kalian harus ingat combo diatas ketika menggunakan Ryoma.
Skin
Story
"Jangan terjebak di masa lalu. Tataplah masa depan."
Kata-kata terakhir sang ayah, menjadi pegangan hidup Ryoma. Sebagai keturunan seorang samurai, Ryoma tak hanya berlatih keras, namun juga mempelajari strategi militer. Di sebuah kamp pelatihan di mana kekuatan menjadi segalanya, dia muncul menjadi yang terbaik. Anak lain selain dirinya memiliki nasib yang sama seperti Ryoma: Ayah mereka tewas terbunuh, hanya merekalah yang sanggup menanggung beban dan meraih kejayaan demi keluarga mereka.
Ryoma merupakan sosok yang pemalu semasa kecil. Apalagi dirinya gemar belajar taktik militer, tak pelak membuatnya jadi sasaran perundungan. Namun Kondo selalu melindunginya. Kondo berguru pada ayah Ryoma dan ingin menunjukkan balas budi atas kebaikan yang telah diberikan keluarga Ryoma pada dirinya. Dengan Kondo sebagai panutan, Ryoma pun tumbuh menjadi samurai seperti ayahnya.
Namun, persahabatan mereka tak bertahan lama akibat adanya perintah dari pihak militer yang membawa mereka ke jalan berbeda. Kondo yang pemberani terpilih menjadi penjaga pribadi pewaris tahta kerajaan, sementara salah satu pangeran yang lebih muda memilih Ryoma untuk membantunya menjalankan rencana liciknya. Dulu Ryoma dan Kondo bersahabat, namun sekarang mereka bersaing demi mengabdi pada pangeran mereka. Ryoma tak akan pernah menyangka bahwa suatu saat mereka akan bermusuhan.
Waktu pun berlalu, dan sang raja yang menua akhirnya mangkat saat sedang berurusan dengan musuh kerajaan. Kedua pangeran yang cakap di bidang hukum pun tak menunggu waktu untuk bersengketa satu sama lain. Ryoma, yang sekarang merupakan ketua ahli siasat militer bagi sang pangeran muda, memimpin pasukannya menuju sejumlah kemenangan penting. Pangeran yang lebih tua yang kehilangan ide, menyusun siasat yang berbahaya dengan mengutus satuan pembunuh pimpinan Kondo untuk membunuh sang pangeran muda.
Rencananya seolah akan berjalan sukses saat mereka berhasil tiba di tahta sang pangeran tanpa perlawanan sama sekali. Ryoma telah mengantisipasi rencana ini, namun terkejut saat melihat Kondo dan menjadi ragu. Kondo dan regunya memanfaatkan hal tersebut dan meruntuhkan pertahanan regu Ryoma dengan mudah.
Saat Ryoma kembali fokus, dia dapat mendengar teriakan sang pangeran seraya kata-kata mendiang ayahnya bergema dalam pikirannya. "Jangan terjebak di masa lalu", dan di saat itu, dia memutuskan untuk mengerahkan segala kemampuannya.
Dengan pedang di tangannya, Ryoma menebas tiap prajurit yang mendekati sang pangeran. Kali ini Kondo lah yang terkejut, namun dia tak punya pilihan selain meneruskan rencana. Serangan Kondo semakin terasa tajam dan berbahaya seraya dia menantang Ryoma. Duel itu berakhir saat keduanya melancarkan satu serangan terakhir. Ryoma menancapkan pedangnya di dada Kondo, namun bilah senjata Kondo berhenti di saat-saat terakhir, nyaris menusuk tenggorokan Ryoma.
"Mengapa ini harus terjadi?" Ryoma kebingungan. "Aku hanyalah seorang yatim piatu," sahut Kondo, "Aku tak punya siapa-siapa selain kau dan guruku. Dia pasti bangga pada-…" Kondo pun terdiam tak mampu menyelesaikan perkataannya, dan Ryoma tak kuasa menahan air mata.
Setelah menguburkan Kondo, Ryoma membelah bilah senjatanya menjadi dua dan menguburkannya bersama Kondo. Dia berikrar untuk tidak akan menggunakan tangan kanannya lagi, tangan yang telah merenggut nyawa Kondo. Dia mengangkat Naginata milik Kondo dan beranjak pergi.
"Kejayaan dan martabat? Aturan samurai? Tak ada urusannya denganku. Mulai saat ini, Ryoma dan Kondo telah menjadi satu, dan kami akan memulai hidup yang baru."
Kata-kata terakhir sang ayah, menjadi pegangan hidup Ryoma. Sebagai keturunan seorang samurai, Ryoma tak hanya berlatih keras, namun juga mempelajari strategi militer. Di sebuah kamp pelatihan di mana kekuatan menjadi segalanya, dia muncul menjadi yang terbaik. Anak lain selain dirinya memiliki nasib yang sama seperti Ryoma: Ayah mereka tewas terbunuh, hanya merekalah yang sanggup menanggung beban dan meraih kejayaan demi keluarga mereka.
Ryoma merupakan sosok yang pemalu semasa kecil. Apalagi dirinya gemar belajar taktik militer, tak pelak membuatnya jadi sasaran perundungan. Namun Kondo selalu melindunginya. Kondo berguru pada ayah Ryoma dan ingin menunjukkan balas budi atas kebaikan yang telah diberikan keluarga Ryoma pada dirinya. Dengan Kondo sebagai panutan, Ryoma pun tumbuh menjadi samurai seperti ayahnya.
Namun, persahabatan mereka tak bertahan lama akibat adanya perintah dari pihak militer yang membawa mereka ke jalan berbeda. Kondo yang pemberani terpilih menjadi penjaga pribadi pewaris tahta kerajaan, sementara salah satu pangeran yang lebih muda memilih Ryoma untuk membantunya menjalankan rencana liciknya. Dulu Ryoma dan Kondo bersahabat, namun sekarang mereka bersaing demi mengabdi pada pangeran mereka. Ryoma tak akan pernah menyangka bahwa suatu saat mereka akan bermusuhan.
Waktu pun berlalu, dan sang raja yang menua akhirnya mangkat saat sedang berurusan dengan musuh kerajaan. Kedua pangeran yang cakap di bidang hukum pun tak menunggu waktu untuk bersengketa satu sama lain. Ryoma, yang sekarang merupakan ketua ahli siasat militer bagi sang pangeran muda, memimpin pasukannya menuju sejumlah kemenangan penting. Pangeran yang lebih tua yang kehilangan ide, menyusun siasat yang berbahaya dengan mengutus satuan pembunuh pimpinan Kondo untuk membunuh sang pangeran muda.
Rencananya seolah akan berjalan sukses saat mereka berhasil tiba di tahta sang pangeran tanpa perlawanan sama sekali. Ryoma telah mengantisipasi rencana ini, namun terkejut saat melihat Kondo dan menjadi ragu. Kondo dan regunya memanfaatkan hal tersebut dan meruntuhkan pertahanan regu Ryoma dengan mudah.
Saat Ryoma kembali fokus, dia dapat mendengar teriakan sang pangeran seraya kata-kata mendiang ayahnya bergema dalam pikirannya. "Jangan terjebak di masa lalu", dan di saat itu, dia memutuskan untuk mengerahkan segala kemampuannya.
Dengan pedang di tangannya, Ryoma menebas tiap prajurit yang mendekati sang pangeran. Kali ini Kondo lah yang terkejut, namun dia tak punya pilihan selain meneruskan rencana. Serangan Kondo semakin terasa tajam dan berbahaya seraya dia menantang Ryoma. Duel itu berakhir saat keduanya melancarkan satu serangan terakhir. Ryoma menancapkan pedangnya di dada Kondo, namun bilah senjata Kondo berhenti di saat-saat terakhir, nyaris menusuk tenggorokan Ryoma.
"Mengapa ini harus terjadi?" Ryoma kebingungan. "Aku hanyalah seorang yatim piatu," sahut Kondo, "Aku tak punya siapa-siapa selain kau dan guruku. Dia pasti bangga pada-…" Kondo pun terdiam tak mampu menyelesaikan perkataannya, dan Ryoma tak kuasa menahan air mata.
Setelah menguburkan Kondo, Ryoma membelah bilah senjatanya menjadi dua dan menguburkannya bersama Kondo. Dia berikrar untuk tidak akan menggunakan tangan kanannya lagi, tangan yang telah merenggut nyawa Kondo. Dia mengangkat Naginata milik Kondo dan beranjak pergi.
"Kejayaan dan martabat? Aturan samurai? Tak ada urusannya denganku. Mulai saat ini, Ryoma dan Kondo telah menjadi satu, dan kami akan memulai hidup yang baru."
Terima kasih!
0 komentar